Ditulis oleh: Usi Julastri Anhar
Seperti pohon, manusia terus bertumbuh. Pilihannya adalah tumbuh dengan indahnya mekar bunga atau sekadar melambai-lambai karena terlalu nyaman tertiup sepoi angin. Proses ini yang kita alami sedari kecil, ada kalanya si pohon layu, berubah warna, atau nyaris tak bernyawa. Begitu juga dengan Raissa Sari Harnaen, yang mencoba menengok diri di masa lalu, kemudian menyapa diri di masa depan.
Dalam perjalanannya, Raissa mungkin sempat terjebak dalam sekat ketakutan, menunda pekerjaan dan merasa berantakan. Tapi… itu dulu, semangat yang ditularkan teman-teman di sekolah sangat membantu proses bertumbuh Raissa. Segala tangis, rasa kesal, frustasi, hingga kehilangan motivasi, sulit, tapi tentu berkurang bebannya selama diiringi teman-teman yang baik.
Perjalanan bertumbuhnya ia “rekam” dalam sebuah zine, majalah personal yang ia beri judul “Growth”, sebuah bahan bacaan yang membangun bagi para pembaca sekaligus sebagai pengingat diri yang bisa ia baca 4 tahun yang akan datang. Saat di mana ia bisa mengucap selamat tinggal pada penurunan produktivitas dan kebiasaan menunda pekerjaan.
Tidak cukup puas menyurati diri di masa depan, Raissa menyelipkan beberapa potong kata untuk teman-teman SMP dan teman-teman masa kecil. Semua ia tulis dengan hati dan rasa syukur untuk orang-orang yang memberi pupuk pada pohonnya.
Untuk Raissa, semoga bisa terus bertumbuh, dalam 5 tahun ke depan kamu akan bangga dengan pencapaianmu hari ini. Terkadang, ada bagian yang harus rela dipangkas untuk memberikan kesempatan kepada tunas baru untuk tumbuh. Selamat Raissa, sekarang bungamu perlahan mekar, yakinlah kamu akan memetik buahnya segera.
Comments